Latest Posts

Kamis, 09 Juni 2022

3.1.a.10. Aksi Nyata

 


Aksi Nyata 

1. Peristiwa (Fact)

Latar belakang tentang situasi yang dihadapi

Pengalaman yang terjadi dalam suatu kelas di SMK tmpat saya mengabdi terdapat siswa yang kurang disiplin terhadap peraturan yang ditentukan oleh sekolah, Diantara nya sering tidak masuk sekolah karena Alpha sebanyak 30 kali. Toleransi untuk ketidakhadiran Alpa adalah sebanyak 6 kali Alpa dengan tahapan sebagai berikut: Jika Alpa 1 kali maka siswa dipanggil untuk diberikan pengarahan dan motivasi, Jika ternyata diulang kembali sehingga Alpanya menjadi 2, maka siswa akan dipangil kembali untuk mengetahui alasan kenapa siswa melakukan kesalahan yang sama dan selanjutnya menginformasikan ke orangtua. Jika mengulang Alpa kembali, selanjutnya siswa akan diberikan sanksi berupa surat peringatan tanpa materai yang diketahui oleh wali kelas, guru BK dan kesiswaan. 

 


 

Proses Coaching diperlukan dalam mengatasi masalah ini. Tahap berikutnya adalah jika siswa mengulang kembali sehingga Alpa menjadi 4 kali, maka wali kelas dan guru BK melakukan Home visit ke rumah siswa yang bersangkutan untuk identifikasi dan  mencari solusi yang tepat. Jika ternyata siswa mengulang kembali sehingga Alpa menjadi 5 maka siswa dan orangtua dipanggil ke sekolah untuk berdiskusi dan mencari solusi agar siswa bisa disiplin dan siswa diberikan saksi berupa surat peringatan berupa perjanjian di atas materai. Hal ini  diharapkan menjadikan siswa menjadi lebih serius untuk bisa disiplin dalam belajar, Jika ternyata mengulang kembali sehingga Alpanya menjadi 6 kali, maka siswa tersebut diberikan sanski berupa berita acara untuk bersedia dipindahkan sekolah apabila belum bisa melakukan perubahan terhadap dirinya. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, peraturan tersebut tidaklah semutlak itu, setiap kali melakukan tindakan maka akan diterapkan identifikasi masalah terhadap siswa yang bermasalah untuk menggali informasi yang benar. 

 

Dengan alasan yang bisa diterima, walaupun siswa sudah memiliki Alpa 6 atau lebih maka siswa tersebut masih memiliki peluang untuk bisa mengikuti ujian ketika rapat dewan guru memutuskan siswa tersebut lulus, mengingat banyak faktor yang menyebabkan menjadi tidak disiplin yaitu karena keluarga yang tidak harmonis, atau keadaan ekonomi sehingga harus turut serta membantu orangtua mencari nafkah.


Alasan melakukan Aksi Nyata tersebut

Alasan melakukan Aksi nyata tersebut adalah karena adanya kasus dimana Alpanya sudah mencapai 6 kali atau lebih, tetapi pada akhirnya siswa tersebut tetap lulus, meskipun tidak sesuai dengan syarat kelulusan.


Hasil Aksi Nyata yang dilakukan

Hasil Aksi nyata yang dilakukan adalah Dokumentasi dari rapat dewan guru yang menyatakan siswa bermasalah pada akhirnya bisa lulus. 



 

2. Perasaan (Feelings)

Perasaan ketika dan setelah menjalankan ketiga Aksi Nyata

Perasaan ketika melakukan Aksi nyata: Saya merasa mengalami situasi Dilema etika terhadap masalah siswa tersebut. Disatu sisi, jika mengacu pada peraturan sekolah maka siswa tersebut tidak bisa diluluskan. Namun disisi lain masa depan anak sangat penting, sehingga berbagai kebijakan alternatif bisa diperlukan sesuai dengan kesepakatan dalam rapat Dewan guru (Pleno) dengan pertimbangan kemanusiaan. 

 

Setelah melakukan Aksi Nyata saya merasa lebih tenang karena keputusan berdasarkan suara terbanyak dan identifikasi maupun analisis masalah yang tepat untuk kebaikan bersama antara sekolah dan siswa. Paradigma yang digunakan adalah paradigma jangka pendek melawan jangka panjang. Dimana hasil dari saat ini akan terlihat di masa yang akan datang.

 

3. Pembelajaran (Findings)

Pembelajaran yang di dapat dari pelaksanaan keseluruhan aksi baik kegagalan maupun keberhasilan

Pembelajaran dari kegagalan: Setiap siswa memiliki masalahnya masing-masing, hanya kadarnya saja yang berbeda. Teknik dalam memecahkan masalahnya pun tidak bisa disamakan mengingat penyebabnya juga bervariasi. Proses Coaching masih relefan untuk digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah yang kreatif. 

Keberhasilan nya adalah mampu menjadikan siswa untuk melakukan refleksi diri. Mengambil keputusan dengan mmpertimbangkan beberapa aspek. 

4. Penerapan ke depan (Future)



 

  • Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang.
  • Rencana perbaikan dalam bentuk pembelajaran tatap muka
  • Lebih meningkatkan bentuk Coaching dalam menyelesaikan masalah
  • Sosialisasi secara intens mengenai peraturan sekolah, agar siswa paham dan tidak melanggar aturan



Saat diskusi dengan orang tua siswa



saat praktek coaching dengan siswa



Senin, 30 Mei 2022

Aksi NYata 3.2.a.10

 



Rancangan Tindakan Aksi Nyata

  1. Latar Belakang
    SMK Muhammadiyah 2 Sragen adalah salah satu SMK Swasta yang ada di Kabupaten Sragen. Sekolah ini terletak didekat pusat Kota sragen yang berjarak 3 km kearah timur, dekat dengan RSUD Kab Sragen, dekat pula dengan Kantor Puusat PMI Kabupaten Sragen, sehingga bisa dianggap strategis lokasinya, walaupun bukan tepat berada di pinggir jalan raya sukowati (Jalan Raya Timur Sragen).Sekolah ini sering dijadikan pioner Lomba Kompetensi Siswa (LKS) Tingkat Kabupaten karena hanya Sekolah ini yang pernah Juara LKS Tingkat Nasional di Kabupaten Sragen. Hal ini dikarenakan potensi warga sekolah. Aset atau Sumber daya yang ada di sekolah inilah yang memajukan sekolah ini.Untuk itu saya mencoba memetakan kekuatan positif yang ada disekolah ini dibantu dengan komunitas sekolah ini, dengan menggunakan Inquiry Apresiatif model pendekatan BAGJA. dengan harapan melalui pendekatan BAGJA ini akan dapat memaksimalkan manfaat aset bagi ekosistem sekolah, dan mendukung pembelajaran.
     
  2. Tujuan
    1. Meningkatkan kemajuan sekolah bagik kualitas maupun kuantitas siswanya.
    2. Meningkatkan wellbeing murid/siswa
    3. Sekolah yang berpihak kepada murid
    tujuan tujuan tersebut diharapkan bisa terwujud dengan adanya Implementasi Kurikulum Merdeka yang akan diterapkan di SMK Muhammadiyah 2 Sragen.

  3. Tolok Ukur
    Tolok ukur prakarsa perubahan ini adalah tercapainya kualitas pembelajaran yang lebih berpihak kepada murid sesuai profil Pelajar Pancasila dalam memberdayakan aset sekolah dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah.
     
  4. Lini Masa Tindakan
    Pendekatan dalam lini masa ini adalah BAGJA, yaitu : 
    1. Buat Pertanyaan 
    - Memetakan karakteristik dan aset sekolah melalui angket, wawancara, dan rapat koordinasi dengan Team Pengembang Sekolah.
    - Mensosialisasikan Implementasi Kurikulum Merdeka bersama Team Pengembang Kurikulum
    - Memberdayakan komunitas praktisi untuk melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid berdasarkan aset yang dimiliki.
     
    2. Ambil Pelajaran
    - Melakukan Observasi diri sekolah dan analisis Hasil Rapor Sekolah Tahun 2022
    - Melakukan studi banding maupun studi informasi dan digital
    - memetakan aset dan potensi ekosistem sekolah.

    3. Gali Mimpi 
    - Berkoordinasi dengan berbagai pihak tentang implementasi kurikulum merdeka
    - komitmen dalam menjalankan pembelajaran yang berpihak pada murid
    - optimalisasi pemberdayaan aset sekolah

    4. Jabarkan Rencana
    - Menyusun jadual kegiatan dan pelaksanaan program menggali karakteristik daerah yang diangkat menjadi aset sekolah bersama komunitas praktisi
    - Menyuusun indikator keberhasilan dalam bentuk angket sesuai kriteria.

    5. Atur Eksekusi
    - Menyuusun Team Kerja
    - Menyepakati tenggang masa penyelesaian kerja masing masing team


  5. Dukungan yang diperlukan
    Aksi ini diperlukan adanya kolaborasi seluruh aset ekosistem sekolah, utamanya adalah aset (modal) manusia, Kepala sekolah, Rekan sejawat, Tenaga Kependidikan, Murid, Orang Tua/Wali Murid. serta adanya dukungan sarana prasarana, finansial, dan semua anggota komunitas baik yang aktif maupun yang pasif.


Rabu, 11 Mei 2022

Kegiatan Komunitas Praktisi

 Kegiatan Komuunitas Praktisi SMK Muh 2 Sragen



perkenankan kami disini menyampaikan kegiatan komunitas praktisi (KKG ) SMK Muh 2 Sragen yang sangat sedikit anggotanya, Hari, Rabu Tanggal 11 Mei 2022 tadi siang.

1. Kami guru anggota Komunitas Praktisi (KP), sampai hari ini tadi merasa sedikit prihatin dengan kondisi data kehadiran siswa kita beberapa hari ini.

2. Adanya keluhan dari siswa2 kita yang hebat semuanya, (saat di lakukan refleksi PBM oleh rekan guru anggota KP) dikarenakan proses pembelajaran kita selama ini yang terlalu monoton, hanya memberikan tugas, menyampaikan materi dan memberikan catatan kepada siswa.

3. Adanya masukan / jawaban siswa saat dimintai bantuan oleh salah seorang guru untuk membantu mempromosikan sekolah kita dengan jawaban "Bahwa sekolah kita ini jelek dalam pandangan masyarakat karena adanya kejadian yang viral beberapa tahun yang lalu, sehingga siswa tersebut belum berani mencari rekan/tetangganya untuk diajak daftar ke sekolah kita" walaupun jawaban tersebut bisa jadi hanya 0,00...% saja atau tdak ada 0,01% dari siswa yang di sekolah kita.

dari permasalahan tersebut, kami anggota KP SMK Muh 2 Sragen, ngobrol 2 dan berdiskusi mencari pemecahan masalah tersebut dihasilkan beberapa diantaranya : 

1. Perlu adanya Reorientasi didalam diri kita semua, tugas kita yang sebenarnya di kondisi sekarang tidak ada kewajiban mengejar ketuntasan materi PBM kita dan melewatkan perhatian kita kepada siswa kita. 

2. Kita sebagai pendidik, di kondisi pandemi dan jaman sekarang, sudah tidak berguna lagi jika kita masih berpedoman bahwa metode mengajar kita jaman dahulu masih bisa kita terapkan di jaman sekarang.

3. Jaman sekarang sudah tidak mengenal punishment untuk membuat anak didik kita menjadi jera dan reward agar anak semangat belajar, dikarenakan 2 kata tersebut hanya membantu dalam jangka waktu yang semu/sementara padahal tujuan pendidikan kita itu agar "anak timbul semangat belajar sepanjang hayat, tidak hanya di sekolah, tetapi dimanapun mereka berada

4. Menilik para alumni kita setelah mereka lulus (berdasar data yang datang ke sekolah saat cap 3 jari, atau mengambil ijasah, selama ini) rata2 siswa kita mereka Bekerja belum sesuai Kompetensi mereka akan tetapi mereka bekerja wirausaha, atau bekerja di tempat usaha, ataupun bekerja dagang. untuk itu perlu adanya pemberian bekal softskill kepada siswa2 kita, yang nota bene berbeda dengan Kompetensi Keahlian 




Senin, 25 April 2022

Demontrasi Kontekstual - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran




Sebagai seorang pendidik, kita pasti selalu dihadapkan pada sebuah kasus atau permasalahan yang terjadi di dalam kelas, dalam lingkungan sekolah ataupun dalam lingkungan masyarakat.Tetapi kita saat kemarin belum memahami, apakah permasalahan atau kasus tersebut termasuk dilema etika ataupun bujukan moral, karena kita belum tahu apa itu dilema etika ataupun bujukan moral. 
maka saat ini akan saya sampaikan pengertian dilema etika dan bujukan moral.

Dilema Etika adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang tersebut dihadapkan pada situasi keduanya benar namun keduanya bertolak belakang dalam mengambil sebuah keputusan. Atau situasinya adalah Benar VS Benar. 

Sedangkan Bujukan Moral adalah situasi yang terjadi dimana seseorang tersebut dihadapkan pada situasi Benar VS Salah dalam mengambil sebuah keputusan.


Dalam Dilema Etika dikenal dengan istilah 4 Paradigma Pengambilan keputusan, 3 Prinsip Berpikir dan 9 Langkah langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan. kemudian apa itu 4 Paradigma, 3 Prinsip berfikir dan 9 langkah pengambilan keputusan? berikut ini 

4 Paradigma Pengambilan Keputusan 
1. Individu lawan masyarakat (individual vs community) 
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)


3 Prinsip Berfikir Pengambilan Keputusan 

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir

2. Berpikir Berbasis Peraturan

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli 


9 Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan :

1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan 

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. 

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini. 

4. Pengujian benar atau salah (1. Uji Legal  2. Uji Regulasi/Standar Profesional 3. Uji Intuisi 4. Uji Publikasi 5. Uji Panutan/Idola) 

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. 

6. Melakukan Prinsip Resolusi 

7. Investigasi Opsi Trilema 

8. Buat Keputusan 

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan


berikut video Demontrasi Kontekstual 




Jumat, 22 April 2022

Koneksi antar materi 3.1

                                

RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

 

Salah satu konsep yang dikenalkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah momong, among, dan ngemong yang kemudian dikembangkan menjadi tiga prinsip kepemimpinan KH Dewantara yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha ( di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa ( di tengah membangun kehendak atau niat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan dan arahan)

  • Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi teladan) seseorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa memberi teladan atau contoh kepada siswa. Karena teladan merupakan kata kunci kesuksesan dalam pembelajaran, sehingga ketika pembelajaran berlangsung seorang pendidik harus membimbing dan mengarahkan agar tujuan pembelajaran yang dipelajari siswa benar dan tepat. Selama proses pembelajaran guru tanpa sadar menjadi panutan bagi siswa baik dari kata maupun perbuatan. Oleh karena itu pendidik sebagai pemimpin pembelajaran selain menguasai pengetahuan dia juga harus mempunyai pribadi yang dapat dicontoh.
  • Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun kehendak atau niat) Guru sebagai pemimpin pembelajaran memiliki peranan penting untuk menstimulus agar terciptanya prakarsa dan ide di dalam proses pembelajaran. Kehadiran guru dapat memfasilitasi dengan beragam metode dan strategi agar tujuan pembelajar dapat tercapai. Selain itu, potensi yang dimilik oleh siswa dapat berkembang dengan baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
  • Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan dan arahan) Dalam proses pembelajaran, guru harus memberi dorongan dan coaching kepada siswanya, berikan kebebasan siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya guru hanya mengamati dan memberikan arahan terhadap siswanya.


"Apapun yang dikerjakan oleh seseorang itu, harusnya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat untuk bangsanya, juga bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya"

( Ki Hajar Dewantara )

 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

 

Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. (Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43). 

 

Dari kutipan tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan dapat kita digunakan sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan. ketiga prinsip ini yang sering kali membantu dalam menghadapi pilihan- pilihan yang penuh tantangan, yang harus kita hadapi sebagai pemimpin pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah:

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

 

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

 


Kegiatan terbimbing pada materi coaching bersama Fasilitator melalui LMS dan lokakarya serta pendampingan individu bersama pendamping pada materi coaching merupakan proses belajar di pendidikan guru penggerak mengenai guru berpihak pada murid. Calon guru penggerak mengaplikasikan tahapan coaching pada rekan sejawat, Calon guru penggerak mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan strategi perbaikan diri dalam pengajaran yang berpihak pada murid. Calon guru penggerak dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dalam melakukan coaching, Penerapan strategi coaching di sekolah, dan umpan balik murid dan rekan sejawat.

 

Melalui kegiatan terbimbing tersebut bersama Fasilitator dan pendamping sangat banyak memberikan manfaat dan memberikan bekal calon guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran

  • Memerankan diri sebagai coach bagi murid Anda agar mereka menjadi lebih merdeka, baik merdeka dalam belajar maupun merdeka dalam menentukan arah hidupnya di masa mendatang
  • Mampu melakukan praktik komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar seorang coach mampu menerapkan praktik coach dalam komunitas sekolah 
  • Memahami konsep coaching secara umum, meliputi definisi, tujuan, dan jenis coaching serta perbedaannya dengan mentoring dan konseling 
  • Memahami hakikat komunikasi yang memberdayakan dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching 
  • Memahami langkah-langkah mendengar aktif dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching 
  • Memahami langkah-langkah bertanya reflektif dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching 
  • Memahami langkah-langkah memberi umpan balik positif dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching 
  • Mengidentifikasi peran seorang coach di konteks sekolah 
  • Melakukan praktek coaching berdasarkan model TIRTA kepada sesama CGP, murid dan rekan guru di sekolah 
  • Mengembangkan sikap terbuka, kritis, empati dan percaya diri dalam melakukan praktik coaching 

Keterampilan coaching membekali calon guru penggerak menjadi pembelajar dan menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi untuk solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial. Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan kesadaran penuh (mindfull), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Pengambilan keputusan yang tepat akan berpengaruh dengan terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dengan demikian akan berpengaruh bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.

 

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan pada situasi di mana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta  adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.

 

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik


Seorang pendidik harus bisa melihat bagaimana persoalan tersebut apakah merupakan dilema etika atau merupakan bujukan moral, nilai-nilai yang yang akan diambil pun merupakan nilai yang merupakan proses kegiatan yang merupakan titik temunya adalah sebagai pemimpin pembelajaran tetap dengan berbagai cara akan menuntun siswa tersebut ke arah yang lebih baik dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil merupakan keputusan yang bertanggung jawab.

 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.


 Pengambilan keputusan yang tepat sebagai pemimpin pembelajaran  tentunya akan berdampak positif, aman, dan nyaman apabila kita bisa melihat kondisi saat mana kita akan mengambil sebuah keputusan yang tentu yang jika itu adalah dilema maka kita bisa meminimalisir dilema tersebut agar dalam pengambilan yang bersifat dilema itu tidak terlalu berpengaruh. Dan jika merupakan suatu bujukan moral kita harus pandai bahwa hal yang dilakukan salah dan nantinya guru sebagai pemimpin pembelajaran akan dengan bijak membuat keputusan namun tetap membimbing anak menuju ke pengambilan keputusan tepat baik untuk guru maupun untuk siswa. Dalam hal ini siswa tetap merasa bahwa guru adalah seorang pemimpin yang mampu membuat situasi kondusif, aman dan nyaman di lingkungan sekolah maupun sekitarnya.

 

Apakah kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan  terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?


 Sebagai makhluk sosial dan sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan suatu keputusan tidak akan luput dari dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan  situasional, yaitu antara benar-benar  memegang  aturan demi suatu keadilan. Namun terkadang kita susah membedakan mana yang merupakan dilema etika dan bujukan moral, misalnya saja kasus berbohong yang sudah pasti merupakan tindakan salah , meskipun tujuannya baik tetap saja merupakan kesalahan.   Adapun hal yang perlu diperhatikan  sebelum mengambil sebuah keputusan dalam dilema etika, 4 paradigma,

  • Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  • Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Dilema individu melawan masyarakat adalah pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan kelompok yang sangat besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya, bisa juga konflik kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar.

 

Rasa keadilan lawan rasa kasihan dalam paradigma ini adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah  memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain.

 

Kebenaran lawan kesetiaan, kejujuran dan kesetiaan sering kali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika . kadang kita perlu membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan  fakta atau menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.

 

Jangka pendek lawan jangka panjang, paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang akan memilih akan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi pada level personal dan permasalahan sehari-hari atau pada level yang lebih luas.

 

Selain itu ada tiga prinsip yang yang membantu menghadapi pilihan yang penuh tantangan (Kidder, 2009, hal 144) ketiga prinsip itu adalah

  • Berpikir berbasis hasil akhir (ends-based Thingking)
  • Berpikir berbasis peraturan (rule base thingking)
  • Berpikir berbasis rasa peduli (care base thingking)

Dan bagaimana cara mengujinya? Ini adalah  9 langkah yang telah disusun secara berurutan

  • Mengenali ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini
  • Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
  • Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
  • Pengujian benar atau salah
  • Uji legal
  • Uji Regulasi/Standar Profesiaonal
  • Uji intuisi
  • Uji halaman Depan Koran
  • Uji Panutan/Idola
  • Pengujian paradigma benar atau salah
  • Prinsip pengambilan keputusan
  • Investigasi Opsi Trilema
  • Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi,  apakah ada acara berkompromi dalam situasi ini .  Terkadang muncul sebuah penyelesaian yang kreatif yang tidak terpikirkan sebelumnya yang bisa saja muncul ditengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.
  • Buat keputusan
  • Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan

Pengaruh pengambilan keputusan  dengan pembelajaran yang memerdekakan murid kita?

Sebagai seorang pendidik yang merupakan salah satu calon guru penggerak saya merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 sebab sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa mamang sebuah keputusan dengan baik baik terutama saat menemukan masalah belajar pada siswa, dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk  memerdekakan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka.

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

 

Dengan memberi nilai-nilai positif, menciptakan rasa nyaman pada siswa merupakan motivasi seorang pendidik  dalam mengambil keputusan. Seorang pendidik dengan berbagai cara pasti akan memberikan yang terbaik untuk siswanya oleh karena itu keputusan yang baik pula untuk perkembangan siswanya.

 

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya.


Kesimpulan akhir terkait modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya merupakan suatu tidak terpisahkan untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya  sendiri, sekolah maupun masyarakat. Selain itu juga di mana proses pembelajaran di seorang pendidik harus bisa melihat kebutuhan belajar pada anak serta mengelola kompetensi sosial emosional dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. 

 

Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu pendekatan yang  membantu siswa dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri dan hal inilah yang merupakan salah satu trik sebagai seorang pendidik bisa mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa lewat pertanyaan-pemantik saat coaching. Sebagai seorang guru penggerak juga harus mengetahui permasalahan yang dialami oleh rekan sejawat dalam proses pembelajaran dan coahing dapat menemukan jawaban atas setiap pertanyaan untuk menemukan solusi maka terciptalah budaya positif pada lingkungan belajar di sekolah dan komunitas praktisi. Para pendidik yang mampu membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan cita-cita guru masa depan, dan proses pengambilan keputusan berdasarkan dilema etika.

Minggu, 17 April 2022

Aksi Nyata Budaya Positif

LAPORAN AKSI NYATA MODUL 
1.4 BUDAYA POSITIF 



1. Latar Belakang Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab. Kondisi yang ditemukan di sekolah kami saat ini siswa cenderung pasif/kurang aktif dalam pembelajaran, kurang pede, kurang disiplin waktu saat ikrar, dan penegakkan SOP pembelajaran yang kurang. Pembelajaran yang cenderung pasif, kurang pedenya siswa untuk maju ke depan kelas, dan kedisiplinan waktu dalam ikrar siswa inilah yang menjadi sasaran aksi nyata pada modul 1.4 budaya positif di sekolah. 

2. Tujuan 
a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran 
b. Meningkatkan keberanian siswa untuk mandiri 
c. Meningkatkan peran siswa dalam menerapkan budaya 5R 


3. Tolak Ukur 
a. Terbentuknya karakter siswa yang kritis 
b. Terbentuknya siswa yang mandiri 
c. Terbentuknya siswa yang disiplin waktu 
d. Terlaksananya budaya industry yang salahsatunya 5R dalam pembelajaran 

4. Langkah-langkah 
a. Pertama Meminta izin dan dukungan kepada kepala sekolah dan rekan kerja terkait aksi nyata yang akan dilakukan 
b. Kedua Mensosialisasikan kepada rekan-rekan guru dan siswa tentang kegiatan aksi nyata 
c. Ketiga Membimbing siswa / simulasi penerapan aksi nyata penumbuhan sikap kritis dan disiplin waktu 
d. Keempat Menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan dalam aksi nyata menjadi pembiasaan budaya positif di sekolah 

5. Hasil Aksi Nyata 
a. Meminta izin dan dukungan kepada kepala sekolah dan rekan kerja terkait aksi nyata yang akan dilakukan 


Gb 1. Meminta izin kepala sekolah dan rekan sejawat 

b. Mensosialisasikan kepada rekan-rekan guru dan siswa tentang kegiatan aksi nyata 
Gb 1. Sosialisasi penumbuhan budaya positif pada guru 



Gb 2. Sosialisasi penumbuhan budaya positif pada siswa 

c. Menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan dalam aksi nyata menjadi pembiasaan budaya positif di sekolah 



d. Simpulan Aksi nyata yang telah kami lakukan di SMK MUHAMMADIYAH 2 SRAGEN dapat: 
a. Meningkatkan rasa percaya diri siswa 
b. Meningkatkan rasa disiplin siswa 
c. Menumbuhkan sikap budaya positif 5R di lingkungan sekola


Poster Kesepakatan Kelas